Sungguh fantastis. Mungkin ini yang pertama kali dapat saya ungkapkan ketika melihat jutaaan ummat manusia sekarang jika dihadapkan pada periode pergiliran tahun. Bergilirnya masa yang lalu menuju masa yang akan datang. Atau, bahasa familiarnya ”tahun baru”. Begitu meriah, mewah, megah dan begitu fantastis. Inilah mungkin klise dari sebuah fenomena alam yang sekarang menjangkiti seluruh ummat manusia di dunia. Tidak mengenal ras, suku, agama, etnis dll, para pemuja hedonisme terus menggelorakan semangat tahun baru yang penuh dengan kemudharatan. Padahal tahun baru seyogyanya harus menjadi sarana untuk proses introspeksi diri.
Tidak dinyana, segala bentuk seremonial tahun baru yang begitu menggema di mana-mana hanya kejadian sesaat. Hanya 10 sampai 30 menit mungkin pestafora menyambut tahun baru di berbagai belahan dunia dirayakan dengan penuh suka-cita. Muda-mudi, tua-tui, putera-puteri, merefleksikan tahun baru dengan penuh sukacita yang terkadang melewati ambang batas norma agama. Malam tahun baru, yang identik dengan pesta kembang api dan pestafora menjadi pesta yang ditunggu-tunggu ketika jarum jam menunjukkan pukul 00.00 WIB pada saat akhir tahun.
Bukan berarti saya anti tahun baruan. Bukan berarti pula saya benci pada mereka yang merayakan tahun baru. Namun, saya rasa ada semacam ketidakwajaran yang menghinggapi ummat Islam ketika dihadapkan pada yang namanya ”Tahun Baru”. Pada awal tahun 2009 (Masehi) ini, yang kebetulan berbarengan dengan tahun baru Islam (Hijriyah), para generasi muda dan tua Islam lebih menyibukkan diri untuk mengurus tahun baru masehi (yang notabene budaya Barat) daripada tahun baru Hijriyah. Acara pergantian tahun tidak ubahnya proses pensakralan yang begitu sayang untuk dilewatkan.
Terlepas dari itu semua, sebenarnya pada diri ini ada sedikit ketenangan ketika melihat sebagian ummat Islam, ternyata masih ada yang melaksanakan dan mengaktualisasikan tahun baru Hijriyah dengan penuh kemenangan, meskipun tidak terlalu wah dalam pelaksanaannya. Walaupun diadakan seadanya, ummat Islam di Indonesia begitu antusias dengan berbagai kegiatan positif yang dilaksanakan pada saat tahun baru Hijriyah tiba. Hal ini merupakan bentuk kebanggaan tersendiri. Memang seharusnya begitu.
Jakarta, 08/01/08
Dedev Ruswanda
Kamis, 08 Januari 2009
Tahun Baru Masehi VS Tahun Baru Hijriyah
Label:
Article
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ya. begitulah memang fenomena masa kini. dengan begutu perlu jadi pemikiran to Qta jg. apa ynag sdah Qta lakukan demi merubah kebiasaan itu?
BalasHapushaahahaaha, gaya teu?